Saturday, 4 May 2013

Bakuman Vol. 1


Cerita: Tsugumi Ohba | Gambar: Obata Takeshi
Alih Bahasa: Arswini Rosita
Penerbit: PT Gramedia (m&c!)
Cetakan Pertama: 2013
Status: beli sendiri 
Sinopsis:
Demi meraih sukses yang cuma dirasakan segilintir orang, Moritaka Mashiro dan Akita Takagi meneguhkan tekad untuk mengarungi kerasnya persaingan dunia manga! Mashiro yang punya kemampuan hebat dalam menggambar dan Takagi yang hebat dalam soal cerita bersepakat untuk bekerjasama dan menorehkan legenda baru dalam sejarah manga.

Bakuman bukan nama baru, semua yang suka anime pasti sudah pernah dengar namanya, bayangkan saja animenya sudah mencapai tiga season, mainstream sekali ya bunyinya. Saya sendiri hanya  nonton dua atau tiga episode season pertama lalu saya drop, entah karena kebiasaan saya gak mau nonton anime yang sudah ada manganya atau waktu itu saya gak begitu suka Bakuman  karena love story-nya yang terlalu...lame (?). Yah, mungkin karena usia saya saja yang sudah menginjak kepala dua dan membuat selera roman saya berbeda.

Namun, mengingat manga ini dibawa oleh mangaka dan penulis terkenal yang telah menelurkan Death Note yang mind-blowing pasti akan menarik perhatian saya, semenyedihkan apapun love story-nya. Maka dari itu ketika akhirnya m&c! mengumumkan akan menerbitkan manga ini di Indonesia saya senang sekali, saya bertekad waktu itu, sekalipun saya NEET, saya akan beli!
Dan saya tidak menyesal. Mungkin dari tiga judul shonen manga baru dari m&c! yang terbit tahun ini, Bakuman adalah fav saya. Tema perjuangan untuk mencapai sesuatu yang besar memang bukan hal yang baru untuk shonen manga, dan manga tentang membuat manga juga tidak begitu langka mengingat saya pernah membaca Genshiken, tapi seluk-beluk pemilihan manga untuk shonen jump sendiri ini yang saya tidak begitu paham sehingga manga ini menjadi sejenis pencerahan bagi saya.

Dan juga, sesering apapun Anda membaca manga dengan tema perjuangan, hal itu tidak pernah membosankan karena manusia juga selalu berjuang dalam hidup bukan? Melihat Mashiro dan Takagi yang begitu terobsesi membuat manga yang bisa direalisasikan menjadi anime ketika mereka berumur 17 tahun semuluk apapun kedengarannya itu membuat orang bersemangat dan terinspirasi, bukankah begitu? Itu yang saya rasakan ketika membaca manga ini ;)

"Aku hidup mengikuti arus...jadi anak baik, sesuai kenginan orang sekelilingku. Begitulah aku melihat hidupku selama 14 tahun ini." - Mashiro

Salah satu murid saya, ya seumuran Mashiro, mengingat saya terinspirasi untuk menjadi guru yang bisa merubah anak didiknya, saya tanya dia juga tidak memiliki tujuan, bahkan hobby pun, yang dia inginkan malah pekerjaan yang menghasilkan banyak uang kira-kira apa? Itu pertanyaan yang sering saya sering dengar darinya. Kenapa cita-cita mereka itu uang ya? Belum saatnya mereka berpikir serasional Takagi....

Kelas 6 SD sampai SMA kelas 2 saya bercita-cita jadi ahli gentika.

Waaa, lihat saya sekarang jadi apa. HAHAHAHAHA! orz

Anyway, yah, belakangan saya sering melihat orang yang seperti itu. Pada akhirnya saya juga memilih jalan aman. Membaca Bakuman itu manis asam, manis secara keseluruhan, artwork dan ceritanya, tapi asam karena mengingatkan saya dengan impian yang tidak tercapai ;)

"Ka..kamu mau jadi pegawai negeri tanpa ambisi, ya?! Kamu puas dengan hidup seperti itu." - Takagi

*jleb jleb jrot*

Jika Mashiro bergolongan darah O, mungkin keinginannya juga hanya menjadi pegawai biasa. Tapi, oh semua berubah karena cinta~ lame kan? Tapi memang ada loh ya yang seperti. Saya suka Eragon awalnya juga karena cinta (pseudo-curcol)

Itu salah satu aspek dari Bakuman yang saya gak ngeh. Entah kenapa berbeda sekali dengan cerita cinta Ono-san di Genshiken, cewek ini juga punya cerita cintanya sendiri, tapi cintanya pada pacarnya tidak menjadi unsur besar dalam ambisinya menjadi mangaka BL. It seems more realistic, gitu...

Dan yang paling bikin saya angkat alis adalah pandangan Takagi terhadap wanita, yang sepertinya di-iya-kan saja oleh Mashiro.

"Begitulah, sejak lahir pada dirinya sudah terbentuk pemikiran bahwa manjadi pengantin adalah kebahagiaan terbesar bagi seorang peremepuan."

"Kalau dibalik, Iwase itu tampangnya boleh juga, tapi kamu gak bisa suka padanya kan? Memang dia cewek terpintar, tapi dia begitu sadar akan hal itu dan malah mebuatnya kelihatan bodoh."

Wait...wait, ini jaman apa cuy? Apa ini karena cuman watak orang Jepang saja? Atau memang cowok gak suka jika pasangannya lebih pintar? Rasanya kok pingin nendang Takagi? Atau ini memang pemikiran penulisnya? Ingat Death Note? Ceweknya cuman dijadikan alat saja sama cowoknya....

Namun, taruh komplain saya masalah bagaimana mereka memandang perempuan ke samping, artwork Bakuman itu kueren! Lihat saja Azuki dan Takagi, bintangnya manga ini (lol, saya subjektif), Azuki begitu moe (walau masih lebih imut Misa) dan Takagi....mirip Light Yagami ya? Ganteng. Dan terutama adalah kacamata!! Obata Takeshi memang jadi salah satu mangaka fav sejak Hikaru no Go. 

Percakapan manga ini juga lucu dan menarik sehingga tidak membuat panel-panel penuh bubble words itu membosankan. Adek saya seharusnya suka manga ini, mengingat dia suka menggambar, tapi saya tebak dia gak sanggup baca karena terlalu banyak bubble words dan dia membenarkan, lol. Klo ingat Death Note, penuh banget manga itu sama penjelasan-penjelasan. Itu manga apa novel? Teman saya nyerah baca Death Note di volume 8. 

Adegan "ajakan nikah" itu benar-benar kocak, kudo buat translatornya juga, diterjemahkan ke bahasa Indonesia pun percakapannya masih bisa selucu ini =w=b

Jadi, first impression: 5/5. Volume dua sudah keluar, tapi saya masih belum sempat ke toko buku, tapi tangan sudah gatal mau baca. Saya berharap Bakuman tidak wah di depannya doang, seperti kebanyakan shonen manga yang terlalu diolor-olor dan akhirnya bosenin. Tapi toh Bakuman tamat di volume 20, jelas ini tidak diolor-olor. Yah, dilihat saja akhirnya nanti.

Tahun ini manga terbitan m&c! banyak yang bagus ya, padahal saya masih ingat selama 6 tahun ini saya menganggap m&c! cuman spesialis shoujo manga kira kira (bling bling) yang membuat mata silau, jadi saya jarang liat apa yang diterbitin oleh m&c! kecuali Gunslinger Girls (tamat vol. 15 loh). Lalu tahun ini langsung saja nerbitin 3 shonen manga dari fandom besar dan terkenal dan itu menguras dompet, rasanya seperti m&c! membuktikan diri kalo mereka bisa nerbitin manga dari berbagai genre :D

Ngomong-ngomong tentang Gunslinger Girls, kenapa ukuran m&c! tidak seperti dulu lagi ya? Masih ingat Pita Ten dan Strawberry Marshmallow? Tiga manga itu kan ukurannya beda dari yang lain dan saya selalu mikir itu ciri khasnya m&c!, selain suka nerbitin shoujo manga, lol. Saya tanya via twitter sampai saat ini belum dijawab. Apa karena syarat dari pihak Jepang gak sama setiap manga? Ah entahlah, saya sejujurnya lebih suka klo ukuran manga-nya agak lebar, khas gitu, ya kan?


4 comments:

  1. manga agak lebar dan ga standar itu pain in the ass banget kalo lagi ngerapihin lemari buku. Apalagi kalo dah mengalami defisit tempat, sehingga harus menata buku sampai berlapi-lapis.
    :p

    you-know-me

    ReplyDelete
    Replies
    1. padahal sendirinya beli komik level yang ukurannya gak standart >_<

      Delete
    2. haha gmn dong, level bagus2 sih komiknya
      XD

      you-know-who-but-i-have-nose

      Delete
  2. Thank ya sudah menulis tentang Bakuman. Mohon masukan bila ada terjemahan/penyuntingan yang kurang berkenan (selain kasus "pegawai negeri" di atas) :)

    Cheers!
    Gupta

    ReplyDelete